Sabtu, 18 Oktober 2014

Kelompok 2


JUDUL : KONFLIK DALAM KELUARGA
KELOMPOK : KELOMPOK 2
NAMA KELOMPOK: IRMA NOPRIANTI
                                      :MOHD AL-FADIL BIN MAT DAUD
                                       :ZULFAN AFENDI
                                       :IFFA SAFIAH BINTI ISMAIL
DOSEN PEMBIMBING: Muhammad Fahli Zatra Hadi, S.Sos

a.       Pendahuluan.
Untuk mempertahankan sebuah hubungan, butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya. Begitu juga halnya dalam rumah tangga harus dilandasi dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada rasa saling percaya, maka mudah bagi kita untuk melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa kepercayaan maka yang timbul adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan rasa curiga yang kadang juga
berlebih-lebihan.

b.      Rumusan masalah
“apa yang dikatakan dengan konflik?”
“karakteristik itu apakah?”
“ada berapa konflik keluarga?”
“seperti apa karakteristik konflik keluarga itu?”

c.       Tujuan
“untuk menambahkan ilmu kita dan wawasan kita.”
“untuk berkongsi sedikit ilmu”





PEMBAHASAN

A.    Definisi konflik.
Berasal dari bahasa latin (configere), yang artinya saling memukul. Dari kaca mata sosiologis, konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang, dua kelompok  atau lebih yang salah satu pihaknya berupaya menyingkirkan yang lain dengan menghancurkan atau membuatnya tak terdaya .
Sebagai proses sosial, konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu yang terlibat dalam suatu interaksi.
Beberapa definisi konflik mengikut beberapa ahli:-
·         Menurut seorjono soekanto ia mengungkapkan bahwa konflik merupakan pertenangan untuk berusaha memenuhi tujuan dengan jalan menentang pihak lawan.
·         Menurut Lewis A.Coser dalam bukunya the funstions of sosial conflik (Gliencoe, IL: Free press, 1956) konflik adalah perjuangan nilai atau tuntutan atas status. Katanya lagi konflik adalah bagian yang akan selalu ada dalam masyarakat (inheren). [1]

B.     Karakteristik konflik keluarga.

·         Dibesarkan dalam keluarga yang sarat dengan kekerasan.
Bila kita sering mendengar dan menyaksikan kekerasan dalam keluarga, besar kemungkinan benih kekerasan sudah tertanam didalam diri kita. Kemarahan yang kita saksikan diantara ayah dan ibu dan kemarahan yang muncul sebagai respon terhadap ketegangan terjadi begitu seringnya membuat kita menjadi seorang yang mudah tersulut. Oleh karena jarak antara kemarahan yang kuat dan kekerasan fisik hanyalah sehelai benang tidak heran hanya dalam hitungan menit pun berkembang menjadi kekerasan.
·         Bertumbuh dengan lingkungan yang keras
Yang dimaksudka dengan lingkungan yang kers bukan saja lingkungan dimana sering terjadi tindak kekerasan juga lingkungan dimana kesulitan ekonomi bermaharajalela sehingga orang harius bertahan hidup dengan cara keras.

·         Menjadi korban pelecehan atau kekerasan .
Ternyata bukan saja korban kekerasan yang berpotensi melakukan tindak kekerasan, korban pelecehan lainnya seperti percabulan dan penghinaan, juga berpotensi mengembangkan masalah yang serupa. Tanpaknya pengalaman ditindas menanamkan benih marah dan keinginan untuk membalas sehingga kita menjadi mudah tersulut. Sudah tentu apabila kita sendiri adalah korban pemukulan dirumah, potensi untuk mengembangkan prilaku yang sama sangat besar.

C.     Macam-macam konflik keluarga.
a)      Pernikahan dini (pernikahan muda)
Pernikahan pada umur yang muda akan banyak mengundang masalah yang tidak diharapkan, karena psikologinya belum matang. Tidak jarang pasangan yang mengalami keruntuhan dalam rumah tangga karena pernikahan yang masih terlalu muda.[2]  Pernikahan dini memiliki dampak yang cukup berbahaya bagi yang melakukannya baik pria maupun wanita, dan dalam berbagai aspek seperti kesehatan, psikologi dan mental. Ada beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini, terkadang tidak disengajakan atau yang sudah direncanakan, berikut adalah alasannya:-
·         Faktor ekonomi, faktor ekonomi yang menyebabkan orang tua menikahkan anaknya pada keluarga yang lebih mapan atau hanya untuk mengurangi biaya hidup sehari-hari.
·         Perjodohan, mungkin faktor ini sudah sangat kecil yang menyebabkan penikahan dini, namun beberapa kasus terutama didesa dan kampung ini masih terjadi.
·         MBA (married by accident) penyebab yang paling banyak terjadinya pernikahan usia dini,terutama di daerah perkotaan.
·         Cinta sejati, faktor cita sejati mungkin menjadi alasan terakhir, dimana pasangan ini memang benar-benar mencintai dan ingin segera bersatu.







b)      Hubungan dengan orang tua.
Anak menjadi jauh lebih rentan memberontak sebab pada dasar relasi orang tua yang bermasalah membuatnya labil. Pada umumnya relasi orangtua yang bermasalah menciptakan konflik. Tidak bisa tidak, relasi orang tua yang sarat konflik akan menciptakan suasana rumah yang tidak nyaman. Dan menyebabkan anak hidup didalam ketegangan terus menerus. Setidaknya ada 2 dampak langsung dari ketegangan pada pertumbuhan anak.
·         Ketegangan adalah sebuah emosi yang melumpuhkan. Itu sebabnya ada sebahgian anak yang bertumbuh besar pasif dan tidak berinisiatif oleh karena tingginya tingkat ketegangan dalam keluarga.
·         Dalam ketegangan kita tidak dapat berfungsi optimal oleh karena kita senantiasaharus berjaga-jaga. Sebagai akibatnya ketegangan membuat kita menyingkapi hidup dengan tegang. Pendek kata ketegangan berpotensi menciptakan sebuah sikap atau cara yang tidak utuh dan berimbang dalam menghadapi persoalan hidup.

c)      Ekonomi dan pendidikan
Kemiskinan menjadi suatu polemik yang selalu menghantui masyarakat ekonomi kelas bawah. Pendidikan yang seharusnya dikenyam seluruh lapisan masyarakat, khususnya di usia anak-anak terbengkalai tak terurus begitu saja dikarenakan himpitan ekonomi yang menyelimutinya. Seorang anak terpaksa membantu orangtuanya dengan turut bekerja dengan mencari penghasilan tambahan, namun karena desakan berbagai faktor seperti waktu, rasa lelah seusai bekerja, tidak terfokusnya pikiran, ataupun hubungan sosial dengan temannya, jelas secara perlahan hal tersebut akan menyebabkan si anak akan memngeluarka keputusan untuk berhenti sekolah.

d)     Kehilangn pekerjaan.
Melalui pekerjaan, seseorang mengubah tidak hanya lingkungan namun juga dirinya, memperkaya dan menumbuhkan hidup dan semangat. Sedangkan keluarga dipandang sebagai hal yang pertama dan paling penting dalam human society. Pekerjaan aalah kondisi dan kebutuhan dasar bagi kehidupan keluarga, dan pada sisi lain merupakan sekolah pertama bagi pekerjaan untuk setiap orang.




e)      Kekerasan dalam rumah tangga,.
Kekerasan yang dilakukan didalam rumah tangga baik oleh suami maupun oleh isteri. Menurut pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tengtang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (UU PKDRT), PKDRT adalah perbuatan terhadap seseorang terutama wanita (isteri) yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan fisik, seksual, psikologis, atau penelantaraan rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, permaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum lingkup dalam rumah tangga. Pelaku atau korban KDRT adalah orang yang mempunyai hubungan darah, perkahwinan, persusuan, pengasuhan, perwalian dengan suami, dan anak bahkan pembatu rumah tangga, tinggal di rumah ini. Ironisnya kasus KDRT sering ditutup-tutupi oleh si korban karena terpaut dengan struktur budaya, agama dan sistem hukum yang belum dipahami. Padahal perlindungan oleh negara dan masyarakat bertujuan untuk memberi rasa aman terhadap korban serta menindak pelakunya.

D.    Daftar pustaka
Bimbingan dan kongseling perkahwinan prof. Dr. Bimo Walgito jl. Beo 38-40 Yogyakarta
Grasindo jl. Palmerah selatan 22-23 jakarta 10270 Sosiologi SMA kelas XI hlmn 4



[1] Grasindo jl. Palmerah selatan 22-23 jakarta 10270 Sosiologi SMA kelas XI hlmn 4
[2] Bimbingan dan kongseling perkahwinan prof. Dr. Bimo Walgito jl. Beo 38-40 Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar